1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu andalan utama bagi Indonesia. Hal ini terbukti pariwisata telah memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu sebagai penyumbang devisa terbesar kedua setelah minyak dan gas bumi. Ada berbagai jenis pariwisata yang dapat dikembangkan. Saat ini secara garis besar ada enam jenis pariwisata berdasarkan tujuannya, yakni pariwisata untuk menikmati perjalanan, pariwisata untuk rekreasi, pariwisata untuk kebudayaan, pariwisata untuk olahraga, pariwisata untuk urusan dagang, dan pariwisata untuk berkonvensi. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kreatif. Maka kemudian tercipta berbagai jenis pariwisata sesuai objek yang dijual, tujuan seseorang berwisata, dan karakteristik peserta.
Dari berbagai macam daerah pariwisata yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia, maka Bali adalah salah satu primadona bagi pariwisata Indonesia. Dalam konsep pariwisata, Bali cenderung menonjolkan pariwisata alam dan juga budayanya. Disamping itu Bali juga diwarisi oleh berbagai macam kekayaan kuliner yang mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.
Mengingat pengelolaan kepariwisataan Bali masih di bayang-bayangi oleh pengelolaan pariwisata secara massal “Mass Tourism” yang cenderung lebih berdampak buruk pada lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan budaya, maka sudah sewajarnya di kembangkan suatu bentuk pengelolaan pariwisata untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu solusi yang dapat di lakukan adalah dengan Pariwisata alternatif “Alternative Tourism” dalam pengelolaan pariwisata Bali yang lebih berkiblat kepada pemberdayaan masyarakat lokal serta berwawasan lingkungan..
Sesuai potensi wisata yang dimilikinya Bali memiliki peluang untuk mengembangkan berbagai bentuk wisata alternatif, salah satu potensi terbesarnya adalah wisata kuliner. Wisata kuliner dipilih sebagai alternatif pariwisata Bali mengingat beraneka ragamnya warisan kuliner yang secara turun-temurun berkembang di Bali, seperti Babi guling, lawar, sate languan, srombotan dan lain sebagainya. Berbagai jenis masakan tersebut berasal dari beberapa daerah berbeda di Bali, namun hanya beberapa masakan saja yang baru ter ekspose secara Nasional maupun Internasional.
2.2 Deskripsi Konsep
2.2.1 Tinjauan Tentang Pemasaran
Berbagai definisi dikemukakan oleh ahli pemasaran, para ahli tersebut mengemukakan definisi yang agak berbeda disebabkan mereka meninjau ilmu pemasaran dari sudut pandang yang berbeda. Ada yang menekankan dari segi fungsi barang, kelembagaan manajemen dan ada yang melihat pemasaran secara keseluruhan sebagai suatu system.
Untuk memperjelas pengertian pemasaran terdapat beberapa definisi dari para ahli ekonomi sebagai berikut.
Menurut Alex S. Nitisemito pemasaran adalah :
“Semua kegiatan yang bertujuan untuk memeperlancar arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen secara efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan yang efektif”.(Nitisemito, 1981 :13)
Dari definisi diatas jelas bahwa kegiatan pemasaranbukan hanya kegiatan menjual barang atau jasa, tetapi kegiatan sebelumnya dan sesudahnya juga merupakan suatu kegiatan pemasaran.
Menurut Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran adalah sebagai berikut.
“Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan serta keinginan menciptakan, menawarkan dan bertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain”.(Kotler,1995:8)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan salah satu siklus yang bermula dan berakhir pada kebutuhan konsumen, Pemasaran harus dapat menafsirkan kebutuhan konsumen serta hal yang penting dalam rangka kontinyuitas dan pencapaian tujuan perusahaan.
2.2.2 Tinjauan Tentang Promosi dan Bauran Promosi
Bagian yang tajam dari instrument pemasaran adalah pesan (message) yang dikomunikasikan kepada calom pembeli melalui berbagai unsur yang terdapat dalam program promosi. Untuk dapatberkomunikasisecara efektif, perusahaan-perusahaan membayar biro iklan untuk merancang sebuah iklan yang efektif, ahli promosi penjualan untuk merancang program-program penjualan yang menarik, dan membayar biro-biro hubungan masyarakat untuk merancang citra perusahaan. Untuk dapat lebih memahami, berikut ini dapat dilihat definisi promosi menurut E. Jerome Mc. Carthy dalam bukunya Dasar-dasar pemasaran, yaitu:
“Promotion is communicating attitudes information between seller and buyer in influence attitudes and behaviour”.(Mc.Carthy, 1985 :349)
Terjemahannya adalah sebagai berikut : Promosi adalah penyampaian informasi dari penjualan ke pembeli untuk mempengaruhisikap dan tingkah laku.
Sedangkan menurut Drs. Bhasu Swastha DH., M.B.A. dalam bukunya yang berjudul Azas-azas Marketing.
“Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran”.(Swastha,1996 :237)
Kedua definisi ini pada prinsipnya sama meskipun penekanannya berbeda. Definisi yang pertama lebih menitik beratkan pada penciptaan penukaran, sedangkan definisi kedua lebih ditekankan untuk membujuk para konsumen agar mau membeli. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah cara memberikan informasi kepada konsumen tentang barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dengan harapan akan dapat meyakinkan konsumen, bahwa perusahaan memiliki barang dan jasa sebagaimana yang dibutuhkan. Adapun pengertian bauran promosi menurut Willian J. Stanton yang dikutip oleh Drs. Basu Swastha DH., M.B.A. dalam bukunya Azas-azas Marketing adalah sebagai berikut :
“Bauran promosi adalah kombinasi yang paling baik dari variable-variabel periklanan penjualan perorangandan alat promosi lainnya yang direncanakan untuk mencapai tujuan penjualan”(Swastha, 1996 :238)
2.2.3 Tinjauan Tentang Objek dan Daya Tarik Wisata
Menurut UU RI No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan menyatakan Objek dan daya tarik wisata terdiri atas :
- Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna;
- Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang bewujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
Menurut Mariotti, objek dan daya tarik wisata adalah hal-hal yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata, diantaranya adalah :
- Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam (natural amenities), yang berupa iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, hutan belukar, flora dan fauna, pusat-pusat kesehatan seperti sumber air mineral, sumber air panas dan sebagainya.
- Hasil ciptaan manusia(man-made supply), yang berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan seperti monument bersejarah, perpustakaan, kesenian rakyat dan sebagainya.
- Tata cara hidup masyarakat (the way of life), yang berupa kebiasaan hidup masyarakat dan adat istiadat yang menjadi daya tarik wisatawan. (Yoeti,1985:160)
Dengan demikian objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu baik berupa tempat maupun aktivitas yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ketempat dimaksud.
Yang dimaksud objek dan daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah objek dan daya tarik wisata kuliner, yaitu keberadaan Restoran Bebek Bengil di desa Ubud yang mampu menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi desa Ubud.
2.2.4 Tinjauan tentang Wisata Kuliner
Istilah wisata kuliner pertama kali diperkenalkan oleh Lucy Long seorang akademisi pada tahun 1998 untuk mengekspresikan idenya berbagi pengalaman budaya melalui makanan. Lucy Long adalah seorang professor di Bowling Green State University Ohio , Amerika Serikat. Sejak saat itu Internasional Culinary Tourism Asociation mengadopsi istilah “culinary tourism”.
Wolf (2004) menyatakan bahwa “Culinary tourism is not pretentious or exclusive. It includes any unique and memorable gastronomic experience, not just restaurant rate four star or better, and include both food and all type of beverages”
Terjemahannya adalah sebagai berikut : Wisata kuliner bukanlah sesuatu yang mewah dan eksklusif. Wisata kuliner menyangkut semua pengalaman gastronomi yang unik dan mengesankan, bukan hanya restoran-restoran mewah, dan termasuk juga makanan dan segala jenis minuman. Jika ditengok kebelakang, wisat kuliner adalah suatu wadah yang penting untuk membantu perkembangan ekonomi dan pembangunanmasyarakat dan dapat mengembangkan pemahamanantar budaya. Wisata kuliner dapat ditemukanbaik di daerah perkotaan maupun pedesaan dan selalu tersedia sepanjang tahun.
Ada beberapa alasan yang menyatakan pentingnya wisata kuliner, diantaranya :
1. Hampir semua wisatawan makan diluar selama melakukan kegiatan wisata
2. Aktivitas makan merupakan aktivitas yang digemari wisatawan
3. Tagihan yang lebih tinggi dari total tagihan wisatawan kemungkinan besar dihabiskan untuk kebutuhan makan dan minum.
4. Wisatawan sngat senang berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi diluar ruangan
5. Perhatian atau minat pada wisata kuliner menjangkau pada semua kelompok umur
6. Masakan lokal merupakan salah satu factor pendorong dalam memilih suatu destinasi wisata.
Selanjutnya Wolf memberikanbeberapa contoh dari aktivitas yang memenuhi persyaratan sebagai objek dan daya tarik wisata kuliner, yaitu:
1. Kelas memasak maupun semiloka dari suatu produk makananbaik didaerah perkotaan maupun pedesaan.
2. Ruang mencicipi anggur yang menarik, misalnya didalam sebuah gudang tua
3. Sebuah restoran di pedesaan yang membuat makanan terbaik sehingga orang-orang rela mengemudi lebih dari 3 jam untuk mencapainya.
4. Beer yang begitu unik, orang-orang melakukan suatu “ziarah” ke daerah pembuatan beer tersebut setidak-tidaknya sekali seumur hidup
5. Sebuah produk makanan atau minuman yang unik dan mengesankan dari perkebunan, pertanian maupun peternakan seperti resep rahasia turun temurun yang memiliki kekhasan dan rasa terbaik.
6. Restoran maupun tempat makan lainnya yang menghubungkan anda dari perkebunan, perikanan, peternakan maupun pertanian yang mempunyai ambiance yang unik dan mengesankan.
Berdasarkan contoh yang diberikan oleh Wolf, Restoran Bebek Bengil memenuhi persyaratan sebagai objek wisata kuliner karena disana menawarkan masakan Bebek Betutu yang memiliki ke khasan dan keunggulan yang terletak pada bumbu dan proses pembuatannya yang masih asli dan merupakan ke khas yang berasal dari Desa Ubud sendiri.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
3.3.1.1 Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung berupa angka-angka seperti biaya promosi penjualan, biaya promosi periklanan dan volume penjualan paket wisata.
3.3.1.2 Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dihitung dengan angka seperti gambaran umum Desa Ubud, gambaran umum restoran, sejarah berdirinya restoran dan struktur organisasi restoran.
3.3.2 Sumber Data
3.3.2.1 Data Primer, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung baik lisan maupun tertulis dari Restoran Bebek Bengil daiantaranya biaya promosi penjualan, biaya promosi periklanan, volume penjualan produk makanan dan minuman, sejarah berdirinya restoran dan struktur organisasi restoran.
3.3.2.2 Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literature-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian seperti data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Diparda kabupaten Gianyar, buku-buku literatur dan internet.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti. Observasi awal dilakukan dengan mengunjungi lokasi penelitian dengan mengetahui kondisi Restoran Bebek Bengil. Berdasarkan observasi yang dilakukan maka fenomena yang dilakukan di lapangan terdapat hubungan antara promosi dengan penjualan produk makanan dan minuman di Restoran Bebek Bengil
3.4.2 Wawancara, yaitu dengan mengadakan wawancara langsung kepada pimpinan maupun staf pengelola Restoran Bebek Bengil khususnya pimpinan maupun staf marketing yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan menggunakan pedoman wawancara.
3.4.3 Studi Kepustakaan, dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data sekunder melalui literature khususnya mengenai pemasaran pariwisata dan yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.
3.5 Teknik Analisis Data
Adapun analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif, yaitu analisis data yang menggunakan penulisan logis dari data yang telah dikumpulkan, sehingga data tersebut dapat menggambarkan situasi yang ada dan mengungkapkan keadaan lainnya yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
3.5.2 Analisis Kuantitatif
Dalam hal ini analisis kuantitatif yang dipergunakan adalah :
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara serempak variabel bebas (promosi penjualan dan promosi periklanan) terhadap variable terikat (volume penjualan paket wisata), dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana (1991,53) sebagai berikut.
Y= a + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = variable terikat yaitu volume penjualan produk makanan dan minuman
a = bilangan konstanta
b1 = parameter dari variable bebas yaitu biaya promosi penjualan
b2 = parameter dari variable bebas yaitu biaya promosi peeriklanan
X1 = biaya promosi penjualan
X2 = biaya promosi periklanan
2. Analisis Korelasi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan secara serempak antara variable bebas (promosi penjualan dan promosi periklanan) dengan variable terikat (volume penjualan produk makanan dan minuman) dengan menggunakan persamaan menurut Djarwanto dan Pangestu Subagyo (1990,326) sebagai berikut.
ry() =
3. Analisis Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar variasi volume penjualan prosuk makanan dan minuman (variable terikat) dapat dijelaskan oleh variasi biaya promosi penjualan dan biaya promosi periklanan (variable bebas). D= r2 .100%
4. Analisis T test
Analisis ini digunakan untuk menguji nyata tidaknya hubungan antara biaya promosi terhadap penjualan.
a. Hipotesis
Ho : P = 0 (tidak ada hubungan antara biaya promosi penjualan dan biaya promosi periklanan terhadap penjualan).
Hi : P 0 (ada hubungan antara biaya promosi penjualan dan biaya promosi periklanan terhadap volume penjualan).
b. Dengan Level Of Significant (=5% dengan derajat kebebasan n-2
c. Untuk memperoleh t hitung digunakan persamaan menurut Sudjana (1993, 259)
r =
Keterangan :
t = nilai t hitung
r = korelasi
n = cacah kasus
d. Kreteria uji
Tolak Ho terima Hi jika t tes > t tabel
Terima Ho tolak Hi jika t tes t table
e. Daerah penolakan dan penerimaan Ho
-(1-0,5%) + (1-0,5%
5. Analisis Korelasi Parsial
Dengan korelasi parsial dapat diketahui peranan yang lebih efektif diantara masing-masing promosi terhadap volume penjualan. Jenis promosi yang memiliki r parsial yang paling besar merupakan jenis promosi yang paling efektif.
Rumus :
1. Koefisien korelasi antara Y dan X1 apabila X2 konstan
ry 12 =
2. Koefisien korelasi antara Y dengan X2 apabila X1 konstan
ry 21 =
dimana nilai ry1, ry2 dan r12 dapat diketahui dengan mempergunakan rumus :
1. Koefisien korelasi Y dengan X1
ry1 =
2. Koefisien korelasi Y dengan X2
ry2 =
3. Koefisien korelasi X1 dengan X2
r12 =