Teknologi Informasi di Perusahaan Jasa Travel Agent dan Pariwisata

Beberapa tahun terakhir ini bisnis pariwisata mengalami banyak penurunan. Selain akibat bencana alam dan masalah keamanan yang sedang dialami oleh Indonesia, penurunan juga terjadi karena saat ini industri pariwisata memang tidak diolah secara optimal. Padahal, industri pariwisata juga sama memiliki potensi yang besar guna menaikkan jumlah pendapatan devisa negara kita. Selain itu, Indonesia memiliki potensi wisata yang tinggi mengingat lahan yang luas dan garis pantai yang kedua terpanjang di dunia setelah Kanada.

Di masa lalu Indonesia sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan mancanegara. Namun, pada saat ini jumlahnya wisatawan mancanegara mengalami penurunan akibat hal-hal tersebut diatas.

Terlepas dari menurunnya jumlah wisatawan mancanegara, jumlah wisatawan domestik mulai memperlihatkan perannya yang menonjol dalam mengisi kekosongan pariwisata akibat anjloknya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung. Pada bulan-bulan periode liburan sekolah, pada minggu-minggu libur nasional sebagai musim puncak yang telah mentradisi seperti 17 Agustusan, Idul Fitri, Natal dan tahun baru, kawasan pariwisata menjadi ramai oleh wisatawan domestik yang berkunjung.

Maka bilamana kelompok umur sekolah lanjutan dan mahasiswa diambil sebagai salah satu contoh segmen wisatawan domestik, mungkin pihak usaha agen perjalanan dan atau operator tur mengambil harus insiatif agar proaktif menciptakan paket-paket perjalanan atau wisata pada periode di luar musim liburan sekalipun. Karena segmen ini mulai menjadi pangsa pasar yang sangat menggiurkan bagi bisnis perjalanan dan wisata.

Para wisatawan domestik ini berkunjung ke daerah-daerah wisata dengan menggunakan berbagai alat transportasi. Bahkan bepergian dengan menggunakan pesawat terbang yang sebelumnya dianggap sebagai fasilitas mewah pada saat ini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat luas. Seiring dengan bertambahnya pesaing perusahaan penerbangan di negara kita, maka semakin menurun harga dari fasilitas transportasi yang ditawarkan. Ini terlihat dari jumlah penumpang pesawat terbang yang kian padat daripada masa sebelumnya.

Bangsa memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat sehingga menimbulkan tradisi untuk menginap di rumah famili atau kenalan ketika mengunjungi suatu daerah wisata. Namun seiring dengan waktu tradisi ini mulai digantikan dengan menempati hotel dan tempat-tempat penginapan yang sejenis. Maka tingkat hunian hotel pun bertambah naik berkat diisi oleh tamu-tamu dari dalam negeri sendiri. Bahkan pada musim-musim liburan sekolah, kelompok-kelompok kecil usia sekolah menengah umum tingkat atas dan usia mahasiswa, sudah mulai terbiasa melakukan kunjungan wisata menggunakan angkutan udara selain darat, dan menggunakan fasilitas hotel.

Yang tidak kurang menariknya untuk diperhatikan ialah fakta bahwa mereka dengan mudah dapat membeli tiket langsung dari perusahaan penerbangan dengan harga yang ”murah” itu. Mereka dapat dengan mudah memesan langsung kamar hotel dengan harga yang ”murah” pula. Itu artinya, kalau di masa lalu membeli tiket penerbangan di kantor-kantor penjualan perusahaan penerbangan, akan pasti mendapatkan harga yang berada di atas harga jual pada perusahaan-perusahaan agen perjalanan. Kini, hal itu tidak lagi menjadi keharusan yang berlaku. Demikian pula memesan kamar hotel, bilamana dilakukan langsung oleh konsumen ke hotel, di masa lalu, akan lebih mahal dibandingkan bilamana dilakukan melalui biro perjalanan. Kini fakta itu tidak berlaku lagi.

Biro perjalanan wisata kini tidak punya pilihan, harus berubah mengikuti arus perubahan besar yang dipicu oleh revolusi Internet. Bila tidak, sudah pasti bakal gulung tikar ditelan oleh gelombang perubahan yang dibuatnya. Pesan tiket sekarang, tinggal meng-klik mouse komputer...
.... Artinya, melalui Internet memungkinkan kedua maskapai (supplier) langsung berhubungan dengan klien (calon pengguna jasa/penumpang) untuk booking maupun customer service yang lebih baik dan cepat. Arti lainnya lagi, kini era commission free sudah mulai merambah ke industri perjalanan wisata.”

(Abacus Indonesia,”Online Booking Mematikan Biro Perjalanan?”, http://www.angkasa-online.com/11/02/lain/lain5.htm, 2006).

Maka akan sangat wajar apabila banyak biro jasa perjalanan mengeluhkan pendapatannya tergantung dari commission fee. Kekhawatiran yang dapat kita pandang wajar terhadap pelayanan baru maskapai-maskapai yang memperkenalkan pelayanan langsung kepada calon penumpang di sejumlah pusat pertokoan dan perdagangan dalam jasa penjualan tiket menggunakan jasa elektronik. Jelas dengan jasa ini, komisi otomatis hilang.
Sedangkan di sisi lain para maskapai tersebut memang tidak punya pilihan lain, selain ikut arus trend yang kini melanda dunia jual tiket di Internet yang kini makin populer dan jauh lebih mudah daripada cara konvensional selama ini. Apabila maskapai tersebut tidak ikut berlomba dalam menyediakan kemudahan maka akan sulit bertahan karena tergilas persaingan.

Dewasa ini, pasar travel merupakan sebuah gelanggang global, tempat dimana para pembeli (biro perjalanan dan publik) dan penjual (hotel, maskapai penerbangan, perusahaan sewa mobil, dll) melakukan transaksi. Berbeda dengan industri consumer product lainnya, bisnis travel sudah cukup lama memanfaatkan teknologi informasi dalam menjajakan dagangannya. Sejak era 70-an, para pengelola biro perjalanan sudah bisa mengakses sistem reservasi penerbangan melalui sebuah sistem yang dinamakan global distribution system (GDS). Reservasi pun dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.”
(Linux-Dari Dinosaurus ke Penguin, e-Bizz Asia, http://www.ebizzasia.com )

Persaingan yang semakin ramai tentu merupakan pendorong terjadinya perubahan itu. Persaingan terbuka dan keras membuat produsen barang dan jasa harus semakin memperpendek jarak antara konsumen dan produk atau jasa yang diperjualbelikan.
Selain persaingan yang memacu, kemudahan yang diciptakan oleh teknologi informasi dan telekomunikasi juga telah merubah kebiasaan-kebiasaan niaga masa lalu. Dengan menelepon saja, orang kini mudah membeli tiket atau memesan kamar hotel. Kendati belum merebak benar, memesan dan membeli pun dengan mudah bisa dilakukan melalui internet.

Kedatangan wiman ke sini tidak terlepas dari upaya promosi sektor pariwisata di luar negeri. Pemanfaatan teknologi informasi seperti internet merupakan salah satu cara untuk memperluas jangkauan promosi tersebut...
... Dengan memanfaatkan layar internet perusahaan ini menyediakan jasa pemasangan iklan dengan target promosi tersebut akan terakses di luar negeri dengan cepat serta jangkauan yang lebih luas.”
(Bali Online Indonesia, www.indo.com/corp/bi6dec96.html, 1997)

Berdasarkan data Forester Research, sektor travel memang memiliki kepentingan paling tinggi terhadap eksistensi Internet. Soalnya, selain lebih mudah, wisatawan juga lebih banyak memberikan pilihan peluang. Forester Research menghitung tak kurang dari 25 juta orang kini mencari informasi wisata melalui Internet.”
(e-Travel Jalan Maya Mengatur Perjalanan, http://www.ebizzasia.com/0105-2003/enterprise,0105,01.htm, 2003)
Jadi, posisi dan peran yang tadinya amat sentral dimainkan oleh agen perjalanan atau operator tur, kini nyata telah bergeser. Posisi dan peran sentralnya semakin terkuras. Kuat petunjuk bahwa pengurasan itu akan semakin deras, walaupun perannya tidak akan pernah habis sama sekali.

Perusahaan yang akan secara langsung dirugikan oleh e-commerce adalah agen perjalanan, tiket bioskop, katalog mail-order, dan toko retail – terutama toko perangkat lunak. Mungkin kalau di Indonesia yang terasa hanya bagi agen perjalanan & bisnis sekitar turis. E-commerce dengan nyata telah mempengaruhi teritori bisnis tersebut. Menurut laporan Forrester Research http://www.forrester.com/ prediksi penjualan di sales & tiket perjalanan melalui Internet akan naik dari US$475 juta di tahun 1997 ke US$10 milyar di tahun 2001. Angka tersebut merepresentasikan 8% dari semua penjualan tiket perjalanan di US.”
(Onno W. Purbo, 10 Pertanyaan E-commerce, www.ai3.itb.ac.id/Tutorial/E-Commerce.htm,
2003)

Padahal, di masa lalu pun, belum pula sempat berkembang kebiasaan para wisatawan domestik kita dalam menggunakan jasa agen perjalanan atau operator tur untuk mengatur kegiatan wisata mereka di dalam negeri. Untuk wisata ke keluar negeri atau outbound tour, jelas keharusan itu tak terelakkan.

Peran perantara agen perjalanan tidak bertambah. Apa yang harus dilakukan oleh para agen jasa perjalanan adalah membuat variasi-variasi baru dalam berbisnis. Untuk bisa bertahan di dunia bisnis yang global maka setiap pelaku bisnis, dalam hal ini para agen perjalanan dan wisata, harus mempunyai keunikan yang dapat membuatnya bertahan sebagai perantara perjalanan.

"Saat ini, teknologi membantu kita dalam membuka jalan pada knowledge-based economy guna meningkatkan diri. Jadi kuncinya adalah, investasi pada orang yang dibekali pengetahuan, keterampilan dan informasi yang dibutuhkan dalam knowledge based economy dan dunia tanpa batas Internet,"
Iwan Susilo, Managing Director Abacus Distribution Systems Indonesia, Abacus Indonesia,”Online Booking Mematikan Biro Perjalanan?”, http://www.angkasa-online.com/11/02/lain/lain5.htm, 2006).

Apabila saat ini penggunaan Teknologi Informasi dapat membuat peran perantara agen perjalanan berkurang, maka seiring dengan itu agen perjalanan harus menemukan cara untuk menggunakan Teknologi Informasi sebagai alatnya. Para pengusaha agen perjalanan tentu tidak menginginkan para pelanggannya lari ke perusahaan jasa lain karena perusahaan lain tersebut menawarkan kemudahan atau fasilitas yang lebih.

Belum lagi bicara tentang potensi pasar yang bisa diraih apabila kita menggunakan Teknologi Informasi masa kini. Contohnya saja suatu penyedia jasa perjalanan melakukan promosi melalui website maka bukan saja para konsumen yang berada di lokasi yang dekat dengan perusahaan tetapi seluruh dunia dapat mengetahui tentang keberadaan penyedia jasa perjanan tersebut. Bukan tidak mungkin perusahaan tersebut akan mampu menambah pangsa pasarnya ke mancanegara.

Bandingkan biaya promosinya dengan cara promosi yang konvensional. Untuk melakukan promosi ke berbagai tempat di luar negeri tentunya akan membutuhkan biaya yang sangat besar.

Di Indonesia, kini hampir semua biro perjalanan (travel agent) melengkapi pelayanannya dengan website. Semua fasilitas sudah disediakan di Internet. One stop services, begitu istilah populernya.”
(e-Travel Jalan Maya Mengatur Perjalanan, http://www.ebizzasia.com/0105-2003/enterprise,0105,01.htm, 2003)

Jadi, apa yang disediakan oleh jasa perjalanan sekarang ini hampir menyeluruh, melingkupi semua keperluan dari sebuah perjalanan. Sehingga memunculkan istilah atau yang dalam dunia maya dikenal sebagai istilah One Stop Services.

Websites tersebut juga bukan hanya dijadikan sebagai ajang promosi namun bisa juga sebagai toko online yang melayani kebutuhan pelanggan seperti layaknya toko yang selama ini kita kenal, hanya perbedaannya terletak pada cara kita berbelanja di sana. Pelanggan cukup duduk bertransaksi secara online melalui komputer dan koneksi internetnya.

Internet kini muncul sebagai alternatif sistem distribusi informasi perjalanan. Internet merupakan medium yang sempurna untuk menjual paket perjalanan, karena Internet sanggup membawa jaringan supplier yang luas dan basis customer yang besar ke sebuah marketplace terpusat.

Hal Rosenbluth, presiden dan CEO Rosenbluth Internasional, agen travel di Philadelphia, punya visi untuk travel di masa mendatang, yang disebut The Vacation Chamber. Visi ini ditujukan untuk dua pasar. Pertama, pelanggan yang punya uang tapi tidak punya waktu.

Kedua, pelanggan yang punya waktu tapi tidak punya uang.
Menurut Rosenbluth, di masa mendatang, kedua kategori pelanggan itu masuk ke dalam suatu ruangan dan menikmati pemandangan, suara, dan suasana liburan di tujuan wisata, tanpa perlu uang dan waktu untuk pergi ke sana. Cukup dilakukan di depan komputer.

Visi Rosenbluth itu bukan tidak mungkin terjadi. Namun, tidak dalam waktu dekat ini. Kini, berlibur masih ditujukan bagi mereka yang memiliki waktu dan uang.

Namun, mereka tidak usah repot-repot untuk mengurusi reservasi dan akomodasinya. Cukup duduk di depan komputer dan membuka situs pelayanan pariwisata. Di situ sudah lengkap pelayanannya; mulai dari biro perjalanan, booking hotel, ticketing, hingga penyewaan mobil.”

(e-Travel Jalan Maya Mengatur Perjalanan, http://www.ebizzasia.com/0105-2003/enterprise,0105,01.htm, 2003)

Tidak hanya mengurusi soal pemesanan tiket, pelanggan juga bisa melakukan pemesanan hotel, informasi tempat wisata, bahkan penawaran kemudahan pembayaran secara online. Maka sangat wajar apabila sebagian besr masyarakat pelaku perjalan dan wisata banyak memilih kemudahan ini, karena semuanya dapat dilakukan secara privat di tempat pribadi, tidak perlu capek mengantri atau melakukan perjalanan ke kantor biro perjalanan yang dimaksud. Ini dapat menjamin kenyaman dari pelanggan yang tentunya tidak mau banyak membuang banyak waktu untuk hal-hal yang tidak perlu seperti kemacetan jalan raya dalam perjalan menuju kantor biro perjalanan.

Namun pertanyaan yang sering terungkap dari pengguna jasa layanan melalui Internet adalah seberapa aman transaksi-transaksi yang dilakukan secara online. Di media massa cukup banyak berita tentang pembobolan sistem keamanan Internet, akan tetapi umumnya vendor dan analis komputer berargumentasi bahwa transaksi di Internet jauh lebih aman daripada di dunia biasa.

Untuk merchants, e-commerce juga merupakan cara yang aman untuk membuka toko karena meminimalkan kemungkinan di jarah, di bakar atau kebanjiran. Hal yang paling berat adalah meyakinkan para pembeli bahwa e-commerce adalah aman untuk mereka.
Banyak kasus-kasus pencurian kartu kredit atau pembobolan rekening yang diberitakan di media. Sebenarnya Sistem e-commerce dapat membantu menghilangkan keinginan mencuri tadi dengan cara meng-enkripsi nomor kartu kredit tersebut di server perusahaan.
Namun masalah kejahatan di dunia maya bukanlah sesuatu yang harus dijadikan alasan untuk membatalkan kepercayaan kita kepada bisnis perjalanan dan wisata atau pun bisnis-bisnis yang dilakukan secara online lainnya, karena pada dasarnya suatu kejahatan bukan berawal dari bisnis online itu sendiri.
Suatu kejahatan dapat terjadi karena peluang. Memang harus diakui peluang untuk melakukan suatu kejahatan di dunia maya terbuka lebar, namun seperti juga halnya kejahatan konvensional lainnya maka dapat dibuat suatu undang-undang bagi penggunaan dunia maya atau lebih dikenal dengan istilah cyber law. Lagi pula risiko untuk bertansaksi di luar dunia maya juga memiliki banyak risiko yang sama besarnya dengan transaksi dunia maya. Sekali lagi ini tergantung dari pribadi masing-masing pengguna.

Bagaimana pun saat ini bisnis dunia sudah bergulir kearah bisnis online. Akan sangat merugikan bagi para pengguna maupun penyedia jasa apabila tidak bersedia mengikuti perkembangannya. Karena begitu banyak penghematan, baik penghematan waktu atau pun biaya, dan keuntungan-keuntungan lain yang diperoleh sari suatu kecanggihan Teknologi Informasi. Terutama keuntungan dari segi perebutan pangsa pasar yang semakin meluas dan mendunia.
Share this article :
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ILMU PARIWISATA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger